2009年12月24日木曜日

Satu Kisah Dalam Hidupku

Aku haid lagi! Ini haid pertama setelah peristiwa itu. Aku kembali menghela nafas, kejadian itu sebenarnya tidak ingin kubuka lagi. Tapi aku telah melewatinya dengan baik, aku harus berbagi dengan orang lain, agar apa yang aku alami bisa menjadi berkat.

2 bulan lalu aku punya kisah gembira yang berakhir menjadi "kisah sedih". Aku hamil anak ketiga kami. Sampai pada usia kandungan 6 minggu, dokter belum menemukan tanda-tanda pertumbuhan pada embrio. Dokter memberi waktu seminggu lagi untuk memastikan "keberhasilan" kehamilanku.

Teman-temanku, para ibu yang biasa mengantar anak-anak ke TK, memeberikan dukungan atas kehamilanku ini. Pada usia kandungan kecil memang biasanya ditemukan kasus embrio "bermasalah", seperti ukuran yang kecil, letak yang tidak tepat, bentuk yang aneh, dll. Seiring pertumbuhan waktu, embrio akan mengalami perkembangan normal menjadi bayi.

Sahabatku, Elies, memberikan dukungan doa dan banyak nasehat. Tetap percaya bahwa jika Tuhan yang menaruh anak ini, Dia yang akan menjaganya sampai lahir. Aku menaruh percaya bahwa Tuhan akan membuat mujizat. Aku berharap Dia akan merubah diagnosa dokter, sehingga dokter akan melihatnya sebagai keajaiban dan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan.
Aku menganggap ini sebagai tantangan imanku, apakah aku bisa tetap percaya Tuhan bekerja atau tidak.

Seminggu kemudian di ruang kebidanan dan kandungan, dokter kembali mengatakan hal yang sama. Embrionya sama sekali tidak berkembang. Jika dibiarkan ini bisa membahayakan. Dengan sangat menyesal, dokter berkata bahwa kehamilanku gagal. Dia menetapkan minggu depan untuk operasi, tapi aku masih ragu-ragu akan ucapannya. Akhirnya dokter memberi waktu seminggu lagi. Aku tidak mengerti urusan medis sama sekali, dan aku tahu dokter Jepang bisa dipercaya. Tapi aku tidak mau gegabah. Aku takut melakukan kesalahan yang fatal terhadap bayiku.

Aku pernah mendengar kisah dari Indonesia, dimana kisahnya mirip dengan yang aku alami. Pada usia kehamilan 6 minggu kehamilan, ibu XX mengalami pendarahan sehingga dia memeriksakan diri ke dokter kandungan. Dokter mengatakan bayinya tidak sempurna dan tidak terdengar detak jantungnya. Besok harus segera dioperasi, karena jika ditunda akan pendarahan yang lebih parah. Tapi si Ibu XX ini tidak segera percaya, dia berdoa bersama suaminya dan sepakat mencoba ke dokter yang lain. Ternyata dokter yang lain mengatakan kabar baik. Bayinya tidak kenapa-napa, bahkan sudah terdengar detak jantungnya. Ibu XX bersyukur dia tidak segera menuruti perkataan dokter pertama, sehingga dia tidak harus kehilangan bayinya secara sia-sia.

Satu doaku supaya Tuhan bekerja mendatangkan yang terbaik buat bayi kami, aku dan keluarga kami. Aku hanya bisa melakukan bagian yang bisa aku lakukan, yaitu berdoa. Biarlah Tuhan yang menentukan. Aku ingat suatu sore, sebelum aku mengalami pendarahan, aku memuji dan menyembah Dia dalam bahasa Roh. Saat itu tiba-tiba aku menangis, hatiku menjadi sangat sedih, seperti akan kehilangan sesuatu. Aku hanya bisa menyanyikan pujian ini berulang-ulang, "Kerajaan-Mu datanglah, kehendak-Mu jadilah, di bumi sperti di Sorga." Dan air mataku bercucuran, hatiku seperti teriris perih, tapi aku tidak tahu kenapa... Aku hanya berserah pada Tuhan. Biarlah terjadi yang terbaik buat aku, bayiku dan keluargaku.

Besoknya aku mengalami pendarahan. Aku sangat terkejut, tapi aku menguatkan hati. Apakah ini jawabannya? Aku menenangkan diri kemudian menelepon dokter. Dokter dengan santai mengatakan pendarahan ini pertanda keguguran dari kehamilan yang gagal. Embrio yang tidak terbentuk sempurna itu akhirnya keluar dengan sendirinya. Karena itu hari Jumat sore, sedangkan besoknya secara berturut-turut hari libur hingga Senin, dokter menjadwalkan hari Selasa untuk operasi (baca: kuret).

Selama 5 hari itu, pendarahan terus terjadi tanpa ada hal yang bisa kulakukan untuk mencegahnya. Aku sedikit mengeluh mengapa dokter Jepang tega membiarkan aku dalam kondisi pendarahan dan sakit seperti ini, hanya karena hari libur (Sabtu-Minggu-Senin). Kenapa tidak langsung saja Jumat malam atau Sabtu pagi? Jika di Indonesia, mungkin ada banyak dokter kandungan yang siap melayani selama kita bayar penuh. Tapi mungkin ini sudah jalan yang harus kuhadapi.

Selama hari-hari yang berat dimana kondisi badanku lemah (namun anak-anak dan kondisi rumah yang tetap minta perhatianku), secara tidak langsung membuat perhatian rohaniku berpusat pada Bapa di Sorga. Karena aku sangat benar-benar membutuhkan kasih karunia. Saat aku tidak bisa bergantung pada manusia, aku mencari pertolongan kepada Tuhan. Ini membuat aku lebih banyak berdoa (berbicara kepada Tuhan). Jika kurenungkan sekarang, masa-masa itu Tuhan ijinkan agar aku dekat dan semakin mengenal-Nya.

Akhirnya tiba hari itu. Hari Selasa, 24 November 2009. Tepat sebulan yang lalu. Aku dikuret di Rumah Sakit Rakyat (市民病院 :shimin byouin) kota Tamano jam 1 siang. Datang dari jam 9 pagi, setelah menitipkan Hiro dan Haruka di penitipan anak (保育園 :hoikuen), diantar suami tercinta. Aku bersyukur suamiku sangat setia dan tegar menemaniku hari ini.

Walaupun secara akal pikiran sulit mengerti jalan Tuhan, aku belajar bersyukur dan menerima bahwa memang ini yang terbaik. Pencobaan yang aku alami pasti tidak akan melebihi kekuatanku. Segala kehormatan dan kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus yang telah memberikan kekuatan bagiku dalam menghadapi hal ini. Terima kasih, Tuhan.

0 件のコメント: